Jumat, 29 Desember 2017

Perjalanan (bagian 1)


Ketika seseorang ditanya tentang makna hidup, jelas mereka memiliki banyak jawaban yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Hidup tidak memiliki satu sudut, pun dua sudut. Tepatnya, hidup tidak memiliki sudut, karena ia tidak akan sempat menyudutkan mereka yang menjalani. Dalam perjalanan kita memahami apa itu hidup, akan di hadirkan cuplikan sisi ke'hidup'an melalui orang lain. Entah kelak akan menjadikan kehidupan lebih hidup atau tetap biasa saja. Satu hal yang pasti, hidup ini tidak hanyak sekedar hidup. Hal yang paling menarik selain keberhasilan dan kegagalan, di dalam hidup juga terdapat momen menemukan dan di temukan.

Menemukan siapa? Perihal siapa yang akan di temukan, biarlah hati yang menjawab. Begitupun dengan sosok yang ditemukan, bukan waktu yang akan menjawab. Tapi dari relung hati sanubari yang akan menjawab.

Terlunta-lunta dan merasa tersesat, pada arah yang telah di tentukan sendiri. Hal tersebut terkadang bukan lagi hal baru bagi mereka yang sedang dalam perjalanan menuju esok. Beristirahat sejenak di persinggahan yang satu ke yang lain, demi melanjutkan perjalanan yang lebih jauh dan menantang. Tidak sedikit kekhawatiran di kisahkan dari persinggahan demi persinggahan. Membuat seseorang lebih banyak mendengar, lebih banyak melihat, dan lebih banyak berpikir, bahwa kehidupan hanya akan menjadi hidup jika memang dihidupi. Setiap orang memiliki caranya masing-masing. 

Pada suatu persinggahan, ia mengajarkan untuk menulis daftar yang memungkinkan dapat membantu menghidupi kehidupan. Keberhasilan adalah hal pertama. Bisa kau rasakan bagaimana rasanya tanganmu bergetar dengan gigi bergemelatuk ketika kamu berhasil meraih sesuatu? ketika kamu berhasil menyelesaikan sesuatu? Hal yang saat pertama kali dirasa tidak mungkin terjadi, akhirnya terjadi. Jantung yang berdetak lebih kencang dari biasanya. Senyum yang tidak lagi di batasi rasa lelah, serta binar mata yang melukis bahagia? Kemudian perjalanan mengajarkan rasa kekecewaan, amarah, dan gelisah melalui daftar kedua; kegagalan. Banyak yang mengira bahwa gagal adalah akhir. Namun juga banyak yang berpikir bahwa gagal adalah awal dari segalanya. 

Pernah kah kau merasakan ketika kedua kakimu tidak lagi kuat berdiri meski beberapa detik lagi kamu masih begitu berenergi? Pernah tidak punggungmu yang tegap mendadak roboh pada apa saja di sekitarmu? keringat yang tadinya mati-matian kau seka, kini kau biarkan mengalir bersama air mata yang ada di bawa permukaan kulit? yang kemudian perlahan membawa kembali rasa kecewa dan kesia-sian? Namun percayalah, menjadi gagal bukanlah hal paling buruk yang terjadi ketika kamu masih di beri kesempatan memperbaiki di hari esok. Yakinlah, ketika gagal tidak ada orang lain yang bisa menguatkan selain dirimu sendiri dan pemiliki hati serta dunia sesisinya.

Tulisan ini adalalah penggambaran dari sebagian kompilasi kehidupan. Singkat memang. Tapi, coba baca lagi akan pesan yang terbesit di dalamnya.